NONGKRONG.CO - Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) telah melewati forum pengambilan keputusan tertinggi yakni Kongres yang diselenggarakan di Tanah Toraja. Kini, di tubuh Pengurus Pusat (PP) sendiri tengah mengalami gejolak kepwntingan.
Dua kubu besar hasil dua desainer yakni Ketua Umum (Ketum) Jefri Gultom dan kubu Sekretaris Umum (Sekum) Artinus Hulu. Kurangnya komunikasi baik dalam tim formatur PP akhirnya berujung pada Serah Terima Jabatan (Sertijab) masing-masing kubu.
Peristiwa tersebut hingga hari ini, Rabu (1/1/2023) belum terselesaikan, perpecahan terjadi antara Ketum - Sekum, beberapa PP GMKI Demisioner menyatakan sikap secara pribadi bahwasannya mereka diancam oleh Ketum terpilih, Jefri Gultom. Keresahan ini dan akhirnya seorang kader Alan Pakiding menuliskan ini di grup Facebook GMKI Setanah Air.
Baca Juga: Oh Ternyata Marak Kasus Penculikan Anak Karena ini, Psikolog Unusia Buka Suara
Tulisan yang bertajuk "Catatan Pilu Seorang Kawan Karib" itu menguraikan dinamika berorganisasi dan refleksi pilu atas sikap Ketua Umum Jefri Gultom.
“Kini, ada yang aneh dalam proses berorganisasi ini. Sedikit banyak telah menggugah batin dan kesadaran kita bersama. Suatu proses, cara, perbuatan meluhurkan, memuliakan, mengagung-agungkan dan sejenisnya terhadap diri sendiri dan atau orang lain. Istilah keren yang bisa dibilang self -glorifikasi – baik terhadap diri sendiri maupun orang lain," tulis Pakiding.
"Tepatnya pada tahun 2012, saya memutuskan untuk bergabung dalam Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI). Keputusan ini tentu dibarengi dengan kesadaran atas pertimbangan sadar dan matang. Saya kemudian berpartisipasi aktif di dalamnya," tulisnya.
Baca Juga: Implementasi Nilai Organisasi Bagi Anggota, Kader GMKI Kefamenanu Lakukan Kreatifitas Ini
"Ada banyak hal dari organisasi ini yang membuat saya nyaman dan takjub. Ketakjuban itulah yang membuat saya memberi diri berproses dalam Gerakan ini. Berhari-hari, berminggu-minggu bahkan bertahun-tahun -tahun lamanya saya menghabiskan waktu belajar di Rumah Biru ini," tulisnya.
"Suasana nyaman itu sangat terasa di Rumah Besar pergerakan ini. Hasrat beraktivisme saya semakin tinggi. Saya betah duduk berlama-lama untuk diskusi, berbagi pemikiran dan keasyikan diliputi oleh senyum canda dan tawa," tulis Alan.
“Bahkan terkadang, kenyamanan itu membuat saya merasa keberatan untuk pulang sebentar ke rumah, dan sekedar mengganti pakaian. Berat rasanya meninggalkan Gerakan ini,”
Baca Juga: Menparekraf Dorong Content Creator Promosikan Sektor Parekraf di Setiap Daerah, Termasuk NTT
"Rumah Biru telah membuat saya terbiasa dengan persaudaraan tanpa batas. Meski rundown kegiatan hariannya dari pagi hingga pagi, dengan didominasi oleh aksi-diskusi-aksi seputar dunia pergerakan mahasiswa, " lanjutnya.
"Barangkali tak terhitung sudah berapa banyak kopi yang dikonsumsi, dengan rokok yang dihembuskan ke aras ketinggian, sambil membicarakan idealisme para pendiri Gerakan ini," tulis Pakiding.
"Kenyamanan dan ketakjuban itu juga sejalan dengan rasa kagum terhadap beberapa sosok. Mereka tampak berwibawa saat berbicara, berbicara hebat dan punya idealisme. Gagasan mereka bernas, bergisi dan rasional. Mereka itu adalah sosok pemimpin-pemimpin muda yang membangun struktur kepemimpinan di GMKI. Mulai dari pimpinan komisariat, pimpinan cabang, dan terlebih pimpinan di aras nasional (Pengurus Pusat GMKI)," tulis Alan.
Baca Juga: Menuju Abad ke-II NU: Pameran Komite Hijaz Perkuat Sejarah, Pembuka Jalan Khidmah NU
"Tapi kok secara pribadi, saya tidak pernah punya kecurigaan untuk mencari tahu apa dan bagaimana sosok itu? Dan mencari tahu sampai pada latar hidup keseharian mereka. Atau, menjunjung dan mengagung-agungkan (glorifikasi)," katanya.
"Apakah saya mengabaikan tahu atau bisa dibilang malas untuk mencari tahunya? Atau justru di GMKI, kita belajar untuk mencintai pikirannya, bukan sosoknya? Bukannya kita diajarkan untuk tidak terjebak pada orangnya, tetapi nilai-nilai ke-GMKI-nya?" tanya Alan.
Menurutnya, inilah doktrin mendasar yang membuat dia (Alan) dapat di GMKI. Dan sampai detik ini ia berpelukan dan dibentuk dengan budaya tersebut.
Baca Juga: Pemerhati Anak Rekomendasikan 5 Cara Mencegah Penculikan Buah Hati, Nomor Lima Menarik
Lanjutnya bahwa di GMKI tidak pernah mengajarkan untuk mengglorifikasi (memuliakan/mengagungkan/menjunjung diri dan atau orang lain). Sebab, orang/manusia itu rentan dan fana. Setiap orang sewaktu-waktu bisa berubah, tetapi nilai, ide dan gagasan akan selalu abadi.
Tetapi, kenyataan saat ini berbeda. Nyaris di semua sudut perbincangan dinamika organisasi, seakan-akan memaksa kita untuk berperilaku seperti demikian. Gemar memuliakan dan mengagungkan sosok diri, bahkan orang lain yang terlihat mentereng.
Bahkan celakanya, kita seolah digiring untuk menerima secara sadar untuk melakukan tindakan pembiaran (permisif) terhadap perilaku demikian.
Baca Juga: Oh Ternyata Marak Kasus Penculikan Anak Karena ini, Psikolog Unusia Buka Suara
Banyak sosok yang diagung-agungkan, tapi mungkin saja track record-nya diragukan selama ber-GMKI. Layak bila proses dipertanyakannya.
Fenomena glorifikasi ini mungkin sejalan dengan kebutuhan akan pengakuan diri atau bisa dikatakan “sahabat dekat” dari narsisme, dalam sebuah kelompok pertemanan atau bahkan dalam organisasi ini.
"Kini, kebenaran ini menampakkan wajah aslinya, saya kena sumpah serapah. Seakan-akan nasib dan masa depan saya ditentukan oleh oknum/manusia," kata Alan.
Baca Juga: Sertijab PP GMKI 2022-2024, Ketua PNPS GMKI: Jangan ada Sertijab lain
"Mereka seolah-olah mengambil alih fungsi Sang Kepala Gerakan yang menentukan nasib dan kehidupan seseorang. Ataukah mereka layaknya Sang Kepala Gerakan dalam Gerakan ini? Walahualam, semoga mereka tidak mengkudeta kursi Sang Ilahi dan dengan arogannya duduk berkuasa-memerintah di atasnya," sesal Alan.
Semoga saja, pada titik ini pikiran kita tidak sedang dikencingi oleh sekelompok gerombolan jahat yang memiliki motif dan niatan lain terhadap organisasi ini.
"Saya menulis tulisan ini secara sadar sebagai bagian kecil dari ribuan kader GMKI se-tanah air yang sedang resah dengan hal ini. Semoga mereka semua tetap semangat dan terus bergerak menjunjung nilai-nilai pergerakan," lanjutnya.
Baca Juga: Wah, Serijab Lagi? Ketum GMKI Terpilih: Pelantikan Sah dan Konstitusional Berlangsung di Akhir Januari
Sumpah serapah sudah keluar. Biarkan waktu yang mengujinya. Dalam refleksi Alan, lalu terasa pengalaman lampau ketika masa-masa awal berorganisasi bahwa “Jangan pernah mengglorifikasi orangnya, tapi glorifikasilah nilai. Apresiasi karya pemikiran dan perilaku baik”.
Menutup tulisannya, Alan mengatakan bahwa orang atau sosok hanyalah sementara, fana dan dapat berubah-ubah kapan saja.
Artikel Terkait
Dies Natalis ke-11 dan Natal 2022: Teks Pidato Ketua Cabang GMKI Kefamenanu
Sertijab PP: Jefri Gultom dan Artinus Hulu Sah Nahkodai GMKI 2022-2024
Wah, Sertijab Lagi? Ketum GMKI Terpilih: Pelantikan Sah dan Konstitusional Berlangsung di Akhir Januari
Sertijab PP GMKI 2022-2024, Ketua PNPS GMKI: Jangan ada Sertijab lain