NONGKRONG.CO - Target menanam 1 juta bibit Kelapa Genjah di lahan yang tidak produktif oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dimulai di Jawa Tengah, Kamis (11/8). Presiden memerintahkan Kementerian Pertanian (Kementan) Sahrul Yasin Limpo untuk menanam Kelapa Genjah di sejumlah daerah pada lahan tidak produktif lainnya juga.
Meskipun, hasilnya akan terlihat minimal dua tahun mendatang, ini dilakukan untuk kesiapan antisipasi krisis pangan. "Ini yang baru dikerjakan Kementerian Pertanian dan lahan-lahan yang tidak produktif ditanami seperti yang sekarang kami lakukan, kelapa genjah yang nanti hasilnya dua tahun, 2,5 tahun," ungkap Jokowi dalam YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (11/8).
Kelapa Genjah sudah ditanam di sejumlah daerah, seperti Solo Raya, Boyolali, Karanganyar, dan Sukoharjo. 46 ribu kelapa genjah di Boyolali, 44 ribu di Karanganyar, dan 110 ribu di Sukoharjo. Kelapa Genjah bisa memproduksi 140 sampai 180 buah kelapa dalam waktu satu tahun. Buah Kelapa Genjah bisa diolah menjadi gula semut dan minyak kelapa. Sehingga pemerintah juga berencana untuk menyiapkan industrialisasinya.
Mengapa Bukan Sawit Tetapi memilih Kelapa Genjah?
Ketika minyak goreng pada waktu yang lalu langka, kemudian disusul harganya melambung beberapa gerai mulai memajang minyak kelapa dalam kemasan. Meskipun harga lebih mahal tetapi masalah kesehatan menggunakan minyak kelapa menjadi pertimbangan.

Nenek moyang kita dengan Negeri ‘Rayuan Pulau Kelapa’ sedari dulu menggunakan minyak dari kelapa dan memahami benar berbagai kegunaan pohon kelapa. Masih ingat mengapa Pramuka Indonesia memilih lambang Tunas Kelapa? Pohon Kelapa bisa tahan banting hidup dimana - mana dari pesisir pantai, gunung atau lahan - lahan tidak produktif lainnya.
Pohonnya tidak rewel perawatan, akarnya menjulang kebawah, pohon berkayu tegak keatas, terbukti mampu menahan pesisir termasuk terjangan Tsunami beberapa waktu yang lalu di Aceh. Multifungsi dari buah, daun manggar, batang, akar, lidi, daun, tempurungnya bagus untuk ekspor arang aktif, sampai serabutnya juga jadi rebutan komoditi ekspor, terutama untuk kursi atau kasur organik.
Baca Juga: Efek Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani Gelar Unjuk Rasa
Ketika terdapat industrialisasi Sawit, beberapa daerah mulai menanam sawit dan tidak ada peremajaan pohon kelapa yang sebelumnya ada, kelapa disini akhirnya tersingkir dan mati. Hal ini pernah terjadi di daerah Kalimantan Timur tepatnya di Santan, diantara tambang Batubara daerah yang dulunya terkenal dengan kualitas kelapanya kini beralih dengan tanaman perkebunan Sawit rumahan.
Sedangkan tanaman Sawit ini sangat berorientasi pada produktivitas, jahat di pupuk terutama yang anorganik (UREA) apalagi kebutuhan air juga sangat rakus, jika ingin panenanya banyak. Benar-benar berbeda dengan typikal pohon kelapa.
Setelah 8-20 tahun masa produktif Sawit lahan yang ditinggal menjadi tandus bahkan mengeringkan mata air dan sungai - sungai di sekitarnya. Apalagi skala industri besar yang dimulai dari land clearing yang bisa jadi sebelumnya merupakan hutan heterogen yang kaya keanekaragaman hayati.
Artikel Terkait
Dari Sunda Kelapa hingga Jakarta: Sejarah Ibu Kota Indonesia dari Zaman ke Zaman
Minyak Goreng Curah Murah
Ingin Berpergian? Cek Dulu Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Non Subsidi Tiap Daerah Disini
Benarkah Makan Kelapa Parut Membuat Kremian?
Efek Harga Kelapa Sawit Anjlok, Petani Gelar Unjuk Rasa
Harga Minyak Turun?, Ini Kebenarannya