Nongkrong.co - Pengalaman seorang muslim Indonesia berpuasa Ramadhan di Amerika pernah dialami oleh Yanto.
Dia asli Purwokerto dan mendedikasikan hidupnya menjadi dosen di Universitas Jendral Soedirman dan Universitas Pertahanan, Jakarta.
Menempuh studi S2 dan S3 jauh-jauh ke Amerika dia lakoni. Hingga tinggal di Michigan tahun 2009 dan 2010, serta di Colorado tahun 2013-2015, jadi keseluruhan 5 tahun tinggal di Amerika.
Tinggal di negara adikuasa, apa menjadi cita-citanya sejak kecil?
Baca Juga: Muslim Indonesia di Belanda: Puasa 16 Jam & Bagaimana Jika Muslim Meninggal di Sana?
Dia mengaku sejak kuliah S1 di Teknik Sipil UGM baru punya cita-cita seperti itu. Jarang-jarang orang Indonesia bisa studi S2 sekaligus S3 di Amerika.
Yanto menempuh studi S2: Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan di Universitas Michigan Ann Arbor, serta S3: Jurusan Teknik Sipil, Arsitektur dan Lingkungan di Universitas Colorado Boulder.
Di Amerika, Yanto harus berpuasa hingga 17 jam. Sahur jam 4, berbuka puasa jam 9 malam. Shalat Taraweh mirip Muhammadiyah di tanah air yang berjumlah 8 rakaat.
Baca Juga: Muslim Indonesia di Jepang, Saat Ramadhan dan di Tanah Air Ada Demonstrasi.
Ketika di Michigan, keluarga kecilnya ikut menyusulnya pada tahun kedua. Istri dan 1 anak.
Artikel Terkait
Viral: Islamophobia (Islamofobia), Diskriminasi pada Muslim, dari Perang Rusia-Ukraina sampai RUU DPR AS
Muslim Indonesia di Jepang, Saat Ramadhan dan di Tanah Air Ada Demonstrasi.
Muslim Indonesia di Belanda: Puasa 16 Jam & Bagaimana Jika Muslim Meninggal di Sana?