Nongkrong.co - Kata belajar hampir sering disambung dengan kata mengajar sebagai sebuah kegiatan yang direncanakan, dan yang paling penting: diinginkan oleh pihak yang belajar dan pihak yang mengajar.
Sejujurnya, paragraf di atas itu tidak pernah sesederhana yang dibayangkan --setidaknya untuk saya. Padahal, saya sendiri mengalami proses kegiatan belajar mengajar di sebuah sekolah swasta di Jawa Tengah selama hampir 18 tahun. Selama tahun-tahun itu, saya lebih sering merasa seperti manajer klub sepak bola yang mesti belajar semalaman suntuk untuk main keesokan harinya. Tak cuma itu, setelah memainkan pertandingan pun, saya masih over-thingking atas apa yang baru saja terjadi.
Karena itu, apapun teknik belajar yang akan dimainkan (dalam sebuah kegiatan belajar mengajar) lebih sering dianggap sebagai salah satu taktik di antara ribuan taktik yang tak pernah menjamin sebuah kegiatan belajar mengajar dikatakan berhasil secara meyakinkan.
Namun, keberhasilan kegiatan belajar mengajar tidak tak semesterius itu. Dalam tulisan ini, kita akan mengulas frase "belajar-mengajar" setidaknya dengan niat untuk meraih keberhasilan tersebut.
Langkah awal dari ulasan kita adalah dengan membedah paragraf paling awal di atas. Pembedahan ini, pada pembahasan selanjutnya, akan menentukan teknik belajar apa yang akan dikembangkan dalam sebuah kegiatan belajar mengajar. Sayangnya, kita tidak akan melanjutkan pembahasan itu pada tulisan ini.
Baiklah, mari kita lihat lebih seksama paragraf awal di atas dalam bagian per bagian.
Setidaknya, ada tiga bagian yang dikandung dalam paragraf paling awal di atas.
Pertama, tentang kata belajar. Kata ini berasosiasi kepada kegiatan mandiri yang dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini, siswa adalah subyek bagi dirinya sendiri yang aktif membangun ajaran dalam dirinya.
Kalau Anda masih belum jelas melihat poin saya, silakan bedakan kata "diajar" dengan kata "belajar". Siswa yang belajar berada pada posisi subyek. Kata belajar" adalah kata kerja aktif.
Sedangkan, siswa yang diajar berada pada posisi obyek penderita. Tentu saja, sebab kata "diajar" adalah kata kerja pasif. Sudah lihat?
Kedua, tentang kata mengajar. Kata ini berasosiasi kepada kegiatan yang dilakukan oleh guru. Dan, jelas: kata kerja aktif ini dimiliki oleh subyek. Dalam hal ini, guru adalah subyek yang diharapkan membantu merencanakan kegiatan yang berguna bagi siswa dalam membangun ajaran dalam dirinya.
Mengajar ini kata yang unik. Kadangkala, guru melakukan sesuatu agar siswa melakukan sesuatu untuk diri siswa sendiri. Kadangkala pula, guru tidak melakukan sesuatu semata agar siswa melakukan sesuatu untuk diri siswa sendiri.
Keunikan kata mengajar ini sepadan dengan apa yang dialami oleh pelatih cum manajer sepakbola saat pertandingan berlangsung. Sebagai pelatih, guru menginginkan siswa melakukan ini dan itu padahal kenyataannya guru tidak berada di dalam pertandingan.
Sebagai pemain yang sedang bertanding, siswa sebenarnya juga ingin mendapatkan hasil belajar sebagaimana diinginkan oleh guru. Toh, meski demikian, hasil belajar seringkali tidak bisa diprediksi sebelumnya.
Artikel Terkait
Penjagaan Ucapan 'Puasa Masa' Gitu?'
Wahai, Cak Nun! Apa Kita Memang Menunggu Messiah?