NONGKRONG.CO ---Filosofi jawa. Adol Lenga Kari Busike ‘Menjual Minyak Tinggal Sisa-sisanya’. Filosofi jawa ini mungkin kurang dikenali di kalangan generasi milenial. pitutur luhur ini lebih banyak dikenal di kalangan para tetua orang jawa.
Mereka yang termasuk generasi tua, sangat mengenali adol lenga kari busike tersebut. Secara umum, pitutur luhur itu memang berarti menjual minyak tinggal sisa-sisanya.
Itu adalah arti harafiah dari adol lenga kari busike. Secara lebih luas, pitutur luhur itu berarti tentang orang yang berbuat baik kepada pihak lain, sampai tidak memikirkan dirinya sendiri atau keluarganya.
Baca Juga: Herbal Jawa: Ginseng Menguatkan Badan
Setiap kali ada pihak lain yang memerlukan bantuannya, ia akan sebisa mungkin untuk membereskan sampai tuntas.
Akibatnya, demi menolong atau membantu orang lain itu, tidak segan ia mengeluarkan banyak biaya, waktu, energi, dll. Akhirnya urusannya sendiri atau keluarganya terbengkalai atau terabaikan.
Oleh karena itu, orang jawa di masa lalu sering menasihati mereka yang lebih muda agar berhati-hati. Mereka boleh menolong atau membantu orang lain, dengan tetap memperhatikan keperluan dan kepentingan diri sendiri dan keluarganya.
Baca Juga: Herbal Jawa: Lemon Melangsingkan Badan
Ibaratnya, kalaupun menolong atau menjadi penerang untuk orang lain, jangan sampai diri sendiri hancur lebur. Jadilah seperti lampu listrik yang menerangi sekelilingnya dengan tidak terbatas waktu, tetapi dirinya tetap kukuh dan sentosa.
Jangan sampai karena ingin menolong orang lain, lalu jadi seperti lilin. Dia bisa memberikan penerangan kepada pihak lain, tapi dirinya hancur lebur sampai habis. Ini bukanlah hal yang disarankan di kalangan orang jawa.
Artinya, orang jawa memang sangat mengutamakan keseimbangan. Menolong orang lain penting, tapi mengurus diri sendiri juga lebih penting.
Baca Juga: Herbal Jawa: Teh Hijau untuk Melangsingkan Badan
Bahkan, sebenarnya urutan tolong menolong dalam hal kemandirian itu dimulai dari diri sendiri. Lakukan untuk diri sendiri dulu sampai tataran kuat sesuai dengan standar masing-masing.
Kalau dirinya sudah kuat, barulah dia menolong keluarga terdekat atau keluarga inti. Masing-masing diajari dan dibantu untuk mandiri.
Artikel Terkait
Filosofi Jawa: Adedamar Tanggal Pisan Kapurnaman