Sepatu Baru Abu-Abu, Cerpen Karya Laras Sekar Seruni

- Rabu, 7 Desember 2022 | 14:00 WIB
Sepatu (rawpixel.com)
Sepatu (rawpixel.com)

Designed by rawpixel.com / Freepik" data-watermark="0" />

NONGKRONG.CO - Pancaran matahari masuk melewati celah-celah teralis yang tidak ditutupi gorden. Semalaman gorden itu tidak ditutup. Sengaja. Agar angin dapat memberikan belaian lembut kepada tubuh yang sudah beberapa kali tersentuh oleh kehangatan tanpa syarat. Akhir-akhir ini cuaca berubah semaunya. Kadang sejuk, kadang panas menyengat. Tidak peduli apakah di waktu pagi atau malam, dia lebih suka mengatur ritme temperatur sendirian.

Pelan, dia membuka selaput yang menutupi bola matanya. Cukup lama dia tersadar bahwa hari ini adalah hari pertama di awalan tahun. Kepalanya berat. Dia mencoba mengingat-ingat. Semalam habis sekitar, empat, lima botol Hennessy dalam kurun waktu tiga jam. Pantas saja. Perutnya sekarang mual, tapi tidak ingin muntah.

Tidak apalah. Lagipula dia hangover hanya setahun sekali. Merayakan momen yang telah hilang, berjejak namun kerap terhapus dimakan sang waktu. Sekarang waktunya dia menghadapi rintangan yang akan terpapar satu tahun kedepan. Kemudian akan kembali ditutup dengan empat, lima botol, mungkin Johnnie Walker. Tergantung siapa yang menyarankan minum apa. 

Kemudian nyaring terdengar suara dari ponselnya. Bukan suara panggilan masuk. Tapi suara alarm yang sengaja dia set di pukul sepuluh pagi. Ah, alarm bodoh. Aku bangun lebih dulu ketimbang kamu membangunkanku. Cemoohnya dalam hati. Percuma saja. Manusia yang hidup sering tidak mengetahui apa yang orang lain bilang jika disuarakan dari dalam hati. Bagaimana ponsel yang merupakan benda mati?

Dia adalah Dian. Dian adalah seorang perempuan yang menurut dirinya baru mencecap kehidupan. Kehidupan menurut Dian adalah kesenangan dan kehampaan. Dian sadar, dirinya pernah terombang-ambing di kala kecil sendirian. Tanpa teman, Dian bertahan. Sekarang Dian masih berjalan bersama kedua malaikat yang katanya terus mengikuti kemanapun dia melangkah. Dian tidak keberatan selama kedua malaikat itu tidak mengganggunya, atau sekedar iseng membuat Dian terjatuh di jalanan karena tersandung kaki yang sengaja dibentangkan. 

Baca Juga:  Harusnya Tidak Ada Ronaldo di Piala Dunia 2022 Qatar

Nyawanya baru setengah ketika ada suara lain yang menghentak jantungnya. 

Tok... tok... tok...

Katanya kalau tiga kali pintu tidak kerap dibukakan, artinya tuan rumah sedang tidak ada atau tidak ingin bertemu dengan tamunya.

Tok... tok... tok...

Ketukan kedua. Nyawa Dian hampir sepenuhnya sampai. Kisah di mimpinya sudah berakhir beberapa detik yang lalu. Namun masih terngiang perkataan terakhir orang yang paling tidak ingin ditemuinya selama empat bulan terakhir itu.

“Kamu mau bayar pakai uang atau tubuh?” 

Sialan. Kata Dian dalam hati. 

Tok... tok... tok..

Halaman:

Editor: Noor Wahid Al-Mutakassirah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Fenomena Bullying Anak dan Parenting Orang Tua

Selasa, 3 Oktober 2023 | 09:24 WIB

Kearifan Lokal Batik Tradisional Go Internasional

Senin, 2 Oktober 2023 | 14:43 WIB

Democrazy, eh Demokrasi: cerpen Trip Umiuki

Minggu, 17 September 2023 | 17:26 WIB

Teks Eksplanasi tentang Bagaimana Terjadinya Hujan

Kamis, 14 September 2023 | 21:24 WIB

Negeri Tempe, Bukan Bangsa Tempe: cerpen Trip Umiuki

Kamis, 24 Agustus 2023 | 17:00 WIB

Sholawat Asyghil dan Kondisi Negeri Terkini

Minggu, 20 Agustus 2023 | 06:17 WIB
X