NONGKRONG.CO ---Cerbung Bagian 30, Ibu Negara. WAKTU berjalan dengan cepat. Pemerintahan Presiden Persada berjalan dengan lebih tenang dan damai. Banyak perubahan menuju kebaikan yang terus menerus dilakukan.
Sekarang era keterbukaan dan transparansi. Menjadi pegawai negeri bukan lagi pilihan yang didamba banyak warga negara. Kesempatan untuk menjadi entrepreneur lebih terbuka luas.
Baca Juga: Cerpen Menagih Janji
Banyak sekali peluang usaha yang diciptakan pemerintah bersama dengan para pihak terkait. Sekarang keadaan perekonomian di Indonesia lebih bersahabat bagi kalangan menengah ke bawah, meskipun belum dapat dikatakan telah terwujud Indonesia makmur.
Setengah tahun sudah kembali lewat. Aku terus menyemangati Bastian untuk berobat. Sayang, pengobatan Bastian seperti tak menemukan hasil. Segala macam cara ditempuh. Dari pengobatan modern sampai tradisional dan alternatif. Semua tak kunjung menuai hasil.
Baca Juga: Cerpen HP Bu Momon
“Kali ini kumohon pergilah, Berlian. Aku nggak bisa nyakitin kamu. Lihatlah wajah cantikmu jadi kuyu, layu. Ibarat bunga mekar nggak disiram. Mungkin dengan saling menyendiri, kita bisa sama-sama mutusin yang terbaik. Aku nggak sanggup terus menerus merasa bersalah. Aku nggak bisa lagi bahagiain kamu.”
“Kamu yakin nggak apa-apa, Bas?” tanyaku dengan sedih. Setiap kali menatap wajah Bastian yang penuh kasih, hatiku teriris-iris. Aku sangat cinta pada lelaki yang ada di hadapanku. Sosok jangkung yang begitu gagah. Sayang, kejantanannya telah direnggut kecelakaan begitu saja.
Baca Juga: Stasiun Tugu
Kalau boleh, mungkin aku menyesali keputusanku menyetujui ajakan Bastian ke Papua. Seandainya waktu bisa diulang, aku ingin membalik lembaran itu. Seluruhnya. Hingga aku dan Bastian bisa tetap bahagia, meskipun tidak ada anak di dalam rumah tangga kami.
“Aku akan baik-baik saja, Berlian.”
“Berapa lama?”
Bastian mengangkat muka. Menatapku sekilas. “Aku nggak tahu harus bilang apa.”
Baca Juga: KRL…, Oooh KRL…!
Artikel Terkait
Teman Dari Amsterdam - Bagian 1
Ibu Negara Cerbung Bagian 1