NONGKRONG.CO- Kehidupan nampaknya jarang bisa menjadi ‘sesuatu’ yang ramah bagi orang lain. Fragmen kehidupan memiliki setiap sisi masing-masing yang berwajah muram maupun bahagia dalam satu waktu.
Bahkan tidak bisa dipungkiri, kehidupan juga bisa menjadi sesuatu yang cukup berbahaya bagi orang-orang di dalamnya. Terutama ketika dalam kehidupan itu, tidak ditemui sebuah manfaat yang nyata dan hanya berputar dan bermain dengan arus kehidupan itu sendiri.
Fragmen kehidupan semacam ini terekam dalam sebuah puisi karya Arafat Nur yang berjudul Sering Terjadi di Kota-Kota Besar 2. Sebelumnya kalian tentu telah membaca puisi yang berjudul Sering Terjadi di Kota-kota Besar 1 yang memuat keluhan yang kurang lebih serupa.
Baca Juga: Kenapa Pengacara Bharada E Ganti Lagi? Ini Tanggapan Polri
Kantor itu tidak pernah ramai, hanya lima atau
tujuh orang yang kutemui sedang sibuk sendiri
bukan oleh pekerjaan, melainkan gaduh dengan
berbagai permainan semacam domino dan game,
tanpa terlalu peduli pada tukang bersih yang jarang
mandi dan sering tidur sesuka hati.
Sepertinya temanku itu juga tidak terlalu peduli
dengan berbagai kegilaan dunia yang sepertinya
sudah lazim bagi dirinya.
Artikel Terkait
Teman Dari Amsterdam Bagian 8
Teman Dari Amsterdam Bagian 9
Liyya Dan Luka Yang Tak Kunjung Usai
Puisi Padat Ala Michael Djayadi
Perasaan Yang Multitafsir Ala Sapardi Djoko Damono
Kesederhanaan Uang Ala Jokpin