NONGKRONG.CO- Momen 17 Agustus tinggal menghitung hari, dan semua orang telah mulai menegakan bendera merah putih di halaman rumah masing-masing. Tidak hanya itu, euforia 17 Agustu juga mulai terasa dengan melihatnya banyak atribut yang bisa dilihat di jalan-jalan, lorong, rumah-rumah dan lain-lain.
Indonesia kembali menjadi merah putih, dan semua orang menyambutnya dengan meriah. Walaupun tidak sedikit, orang-orang yang masih belum paham esensi dari 17 Agustus dan hanya ikut-ikutan euforia orang-orang belaka.
Alhasil ketika ditanya mengenai perjuangan dan penjajahan, mereka (yang tidak paham) hanya akan membahas pertarungan antara Indonesia melawan Belanda. Tidak lebih dan tidak kurang. Padahal 17 Agustus sebenarnya lebih dari ‘itu’.
Baca Juga: Adimas Dan Caranya Mengelola Emosi Melalui Puisi
Momen 17 Agustus menjadi ajang untuk mengingatkan pada diri sendiri mengenai perjuangan itu tidaklah mudah. Apa yang telah dinikmati sebagian besar masyarakat Indonesia saat ini, adalah bagian besar dari sejarah Indonesia.
Masyarakat sekarang mudah untuk hidup dan berjuang dengan caranya sendiri di tanah ibu pertiwi, karena di masa lalu hampir semua elemen dengan tegas menolak penjajahan. Hal itu juga terdapat dalam salah satu puisi WS. Rendra yang berjudul Puisi Gugur:
Ia merangkak
di atas bumi yang dicintainya
Tiada kuasa lagi menegak
Telah ia lepaskan dengan gemilang
pelor terakhir dari bedilnya
Ke dada musuh yang merebut kotanya
Ia merangkak
Artikel Terkait
Teman Dari Amsterdam - Bagian 2
Teman Dari Amsterdam, Bagian 3
Puisi Terpendek, Dan Makna Terdalam Karya Sitor Situmorang
Chairil Dan Semangat Juang Bulan Agustus!
8 Fakta Menarik dan Mencengangkan Film Pengabdi Setan 2: Lokasi Shooting Hasil Bantuan Netizen
Adimas Dan Caranya Mengelola Emosi Melalui Puisi