• Minggu, 24 September 2023

Suwe Ora Jamu pada Hari Jamu Nasional ke-15

- Sabtu, 27 Mei 2023 | 16:20 WIB
Ilustrasi jamu beras kencur (istockphoto.com : harwan)
Ilustrasi jamu beras kencur (istockphoto.com : harwan)

 

NONGKRONG.CO – Tembang “Suwe Ora Jamu” pernah sangat populer pada masanya.

Lagu yang diciptakan sekitar 1970-an oleh R.C. Hardjasoebrata, seniman tembang dan karawitan dari Kulon Progo, Yogyakarta ini kian populer setelah dinyanyikan Waldjinah dalam versi campursari dengan memodifikasi liriknya.

Baca Juga: Seperti Ginsengnya Korea, Apatah Temulawak Ikon Produk Ramuan Tradisional Indonesia, atau Temu Lawak?

Lirik aslinya sederhana. Seperti pantun (parikan), terdiri atas empat larik. Dua larik pertamanya berupa sampiran dan dua larik berikutnya adalah isinya:

Suwe ora jamu
Jamu godhong telo
Suwe ‘ra ketemu
K’temu pisan gawe gelo

Terjemahan bebasnya:

Lama tak (minum) jamu
Jamu daun ketela
(sudah) lama tak ketemu
Sekali(nya) ketemu bikin kecewa

Laiknya sampiran dalam pantun:
Suwe ora jamu
Jamu godhong telo
fungsinya adalah menyiapkan rima dan irama untuk bagian isinya. Karena itu konteks dua baris pertama terasa mengajak kita mencermati istilah jamu.

Baca Juga: Neuralink Elon Musk Mendapatkan Lampu Hijau untuk Melakukan Uji Coba Implan Otak pada Manusia

Dalam budaya Jawa, jamu punya sisi nilai spiritual. Dipercaya dapat membersihkan energi negatif dalam tubuh. Minum jamu cenderung menjadi semacam “ritual”.

Sampiran tembang “Suwe Ora Jamu” mengajak kita ngangeni jamu. Minuman tradisional yang berkhasiat bagi kesehatan tubuh yang sudah mentradisi dari generasi ke generasi.
Lagu Suwe Ora Jamu mengingatkan kita agar pandai melestarikan tradisi dan kearifan lokal yang kita miliki.

Baca Juga: Contoh Teks Ceramah Singkat Bahasa Sunda tentang Menjauhi Ghibah, Mudah Diingat dan Mengandung Banyak Pesan

Dua lirik isinya:
Suwe ‘ra ketemu
K’temu pisan gawe gelo
memang cenderung melo: (sudah) lama tak ketemu / Sekali(nya) ketemu bikin kecewa.

Akan tetapi, dari melodinya yang cenderung sederhana terasa irama yang cenderung gembira.

Halaman:

Editor: Noor Wahid Al-Mutakassirah

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Democrazy, eh Demokrasi: cerpen Trip Umiuki

Minggu, 17 September 2023 | 17:26 WIB

Teks Eksplanasi tentang Bagaimana Terjadinya Hujan

Kamis, 14 September 2023 | 21:24 WIB

Negeri Tempe, Bukan Bangsa Tempe: cerpen Trip Umiuki

Kamis, 24 Agustus 2023 | 17:00 WIB

Sholawat Asyghil dan Kondisi Negeri Terkini

Minggu, 20 Agustus 2023 | 06:17 WIB

GORO-GORO di Hari Puisi Indonesia

Kamis, 27 Juli 2023 | 21:20 WIB
X