NONGKRONG.CO – Bahwa Ramadhan hanya sebulan dari sebelas bulan, banyak pekerja berat yang tetap berusaha melaksanakan puasa Ramadhan semampunya.
Mereka meyakini bahwa puasa Ramadhan itu wajib sebab puasa Ramadhan termasuk Rukun Islam.
Bahwa masih ada yang korupsi pada bulan Ramadhan ini yang mencengangkan.
Berikut Trip Umiuki menorehkannya lewat puisi yang begitu saja ngalir di kepalanya pada 8 Ramadhan 1444 H ini:
Baca Juga: Khasanah: Jumat Berkah dengan Bersedekah Meraih Ridha Allah
Kabar Gembira
Berpuasa adalah menahan haus dan lapar
Berpuasa adalah menahan mulut, mata, dan telinga
Berpuasa adalah menahan tangan, dan anggota tubuh tidak korupsi
tidak berkhianat dan tidak menyalahgunakan jabatan
Sungguh berat menahan haus dan lapar
Karena fitrah manusia minum dan makan ketika haus dan lapar
Tidak seperti korupsi dan manipulasi yang bukanlah kebutuhan
Sungguh berat karena fitrah manusia memenuhi hajat hidupnya
Namun nikmat manakala berlandaskan keyakinan
Bahwa setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya kecuali puasa
Sesungguhnya puasa itu untuk Allah semata
Aku bangga kepada penambang belerang di kawah Gunung Ijen yang bekerja dengan risiko menghirup asap beracun, sejak dini hari mendaki Puncak Gunung Ijen dengan senter di kepala, jaket tipis dan sarung tangan, menuruni lereng yang terjal untuk menuju kawah
Aku bangga kepada pekerja proyek jalan raya yang bekerja di bawah teriknya sinar matahari
Bekerja keras dengan menahan lapar dan dahaganya puasa Ramadhan
Melaksankan sekuatnya
Sungguh berat menahan haus dan lapar
Sungguh berat karena fitrah manusia memenuhi hajat hidupnya
Namun nikmat manakala berlandaskan keyakinan
Bahwa setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya kecuali puasa
Sesungguhnya puasa itu untuk Allah semata
Baca Juga: Herbal Jawa: Markisa untuk Vitalitas
Kabar gembira
untuk orang-orang yang berpuasa!
Rasulullah s.a.w. bersabda,
Berfirman Allah subhanahu wataala, (dalam hadits qudsi):
“Setiap amal anak Adam adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa,
sesungguhnya puasa itu untuk-Ku dan
Aku akan memberi pahala atasnya.
Puasa itu adalah perisai,
maka pada saat berpuasa hendaknya seseorang diantara kamu tidak melakukan rafats (berjima’ dan berbicara keji)
dan tidak juga membuat kegaduhan.
Jika ada orang yang mencacinya atau menyerangnya,
maka hendaklah ia mengatakan,
‘Sesungguhnya aku berpuasa.
Demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,
sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa itu
lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kesturi di hari kiamat.
Dan bagi orang yang berpuasa itu mempunyai dua kegembiraan, yaitu
ketika berbuka dan ketika berjumpa dengan Rabbnya,
ia gembira dengan puasanya.” ***
Artikel Terkait
Cerbung: Naga Bawean Bagian 16
Cerbung: Naga Bawean Bagian 17
Cerbung: Naga Bawean Bagian 18
Cerbung: Naga Bawean Bagian 19
Cerbung: Naga Bawean Bagian 20
Mengenang Sapardi; Merangkum Jejak Hujan di Bulan Juni
Cerbung: Naga Bawean Bagian 21
Cerbung: Naga Bawean Bagian 22
Cerbung: Naga Bawean Bagian 23
Kisah Inspiratif: Sehari Bersama Hanan pada Bulan Ramadhan